Rabu, 13 November 2024

Antara Dendam dan Cinta

 

Antara Dendam Dan Cinta

Octavia

Ditengah malam Aku terbangun dari mimpi itu lagi, mimpi buruk yang selalu menghantuiku setiap malam. Keringat bercucuran deras membasahi sekujur tubuhku, bayang bayang tragedi dua belas tahun lalu seakan akan selalu mengejarku, aku menangis sambil terus memukul dadaku, sungguh ini menyakitkan. Aku hanya ingin bisa melupakan kejadian itu, aku tak ingin hidup dengan bayang bayang masalalu 'aku benci ini'. Aku menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka dan aku melihat sahabatku masuk dengan wajah panik saat tidak sengaja mendengar suara tangisku.

"Ya ampun Selly, kamu kenapa?. Jangan bilang karena mimpi itu lagi?" Gia yang tak lain adalah sahabatku langsung memelukku, aku diam tak menghiraukan pertanyaan Gia, Aku hanya bisa menangis di pelukannya. Setelah hampir setengah jam Aku menangis kini Aku sudah mulai tenang, tidak sepanik tadi, bahkan wajahku juga sudah tidak sepucat tadi.

"Sudah tenang?, mau aku ambilkan minum dulu." tanya Gia padaku, Aku menggeleng menolak tawaran Gia. Aku hanya ingin Gia menemaniku disini, Aku takut sendiri, itu mengingatkan ku pada masa laluku, dimana semua orang yang kusayangi pergi meninggalkan ku.

"Gia.... Apa kau akan meninggalkan ku juga?, Sama seperti semua orang?." tanyaku pada Gia, Gia yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya, dia berkata bahwa dia tidak akan meninggalkan ku, dan Aku harap juga begitu.

"Heii, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan selalu ada untukmu. Kita akan sama sama membalaskan dendam keluargamu, jangan biarkan mereka hidup dengan tenang. Nyawa harus dibayar nyawa." benar kata Gia, Aku tidak boleh seperti ini terus, mereka tidak boleh lepas begitu saja, orang orang itu juga harus mati! Mereka harus merasakan rasa sakit yang keluargaku rasakan. 'Mereka harus mati' gumamku dalam hati, dan Gia bisa melihat kemarahan dimataku.

•••

Pagi ini, Aku sudah merasa sedikit baik, berkat Gia yang selalu berusaha menenangkan ku semalam. Pagi ini Aku dan Gia sedang sarapan bersama, kami tinggal di semua unit apartemen, kami sebenarnya punya sebuah mansion besar tapi kami merasa lebih nyaman tinggal di apartemen, kami tidak khawatir untuk tidak pulang, karena apa? Yahh karena tidak ada yang akan menunggu kami pulang ataupun mencemaskan kami. Aku dan Gia memiliki kisah hidup yang sama, kami sama sama yatim piatu, kedua orang tua kami sudah meninggal, ahh lebih tepatnya orang tua Gia meninggal karena kecelakaan, sedangkan Aku? Kedua orang tuaku dibunuh tepat didepan mataku.

Setelah sarapan, Aku dan Gia langsung pergi menuju kesekolah baru kami, eh apa sekolah baru?, yah Aku dan Gia memutuskan pindah ke sekolah Internasional High School, sebab salah satu anak dari pembunuh keluargaku bersekolah disana dan ini adalah kesempatan emas untuk membalas dendam ku, bukan? Kami menggunakan mobil masing masing, sebenarnya sih aku malas menyetir mobil sendiri dan ingin numpang saja pada Gia, akan tetapi jawaban Gia justru

"Iih janganlah, kita nih harus memamerkan harta kita bestiii" sungguh teman yang sangat....

Brumm..Brumm.. Suara deruman mobil kami, mengalihkan seluruh perhatian siswa siswi yang ada di Internasional High School, termasuk para Most Wanted yang sedang nongkrong di kendaraan mereka masing masing.

"Wahh, mobil siapa tuh, keren banget gilaa…" ucap salah satu siswa

"Kalau biasanya didunia novel yah, ini pasti bakalan keluar dua bidadari cantik. " yakin salah satu most wanted itu yang tak lain adalah Leon, dan langsung mendapat toyoran dikepalanya.

Aku dan Gia masih berada di dalam mobil, kami malas jika harus keluar sekarang, karena sudah pasti akan menjadi pusat perhatian nantinya. Hingga suara bell berbunyi, menandakan bahwa waktu pelajaran akan segera dimulai. Dirasa sudah aman, kami langsung keluar dari dalam mobil, dan benar saja keadaan dihalaman sekolah sudah sepi, kami langsung saja pergi untuk mencari ruang kepala sekolah. Dan tanpa kami sadari, para most wanted yang tadi sedang nongkrong diparkiran masih berada disana, aku yang sedang memperhatikan gedung sekolah tak sengaja melihat kesamping dan....... Deg...  Sekujur tubuhku mematung, mata itu, wajah itu, itu mengingatkan ku pada seseorang. 'Mungkinkah dia' gumamku pelan, dan jika firasat ku benar, maka keberuntungan sedang berpihak kepadaku.

Gia yang melihatku melamun langsung menepuk pelan bahuku, dan mengajak untuk segera pergi dari sana, Aku mengangguk dan segera berjalan masuk kedalam gedung sekolah, menghiraukan tatapan seseorang yang tertuju padaku. 'Apakah itu dia?' gumam seseorang yang tadi sempat bertatapan denganku.

---••---

Saat ini Aku dan Gia sedang berjalan kearah kantin, tadi kami sudah sempat berkenalan dengan teman teman baru kami dikelas, dan salah satu dari mereka mengajak kami untuk pergi ke kantin. Sesampainya dikantin, aku dibuat takjub dengan pemandangan didepanku, 'sangat banyak makanan yang enak di sini' pikirku dengan mata berbinar-binar. Tanpa menghiraukan semua orang aku berlari kearah mesin penjual sushi, ini benar benar keren. Gia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku, sedangkan sebagian siswa yang ada yang menatapku dengan tatapan kagum, iri, benci, bahkan jijik. Tapi apa aku peduli? Tentu saja tidak, yang terpenting sekarang adalah perutku.

Aku, Gia juga teman baru kami yang bernama Yuli memilih duduk di bangku dekat jendela yang mengarah langsung kelapangan basket, disana kami dapat melihat segerombolan siswa laki laki yang sedang bermain basket, akan tetapi mataku tertuju pada seorang laki laki yang sedang bersandar di sebuah pohon besar, dilihat dari penampilannya, sepertinya dia siswa berandalan dan sering bolos, itu hanya pemikiran ku saja, tapi wajah itu... Itu mirip wajah seseorang yang telah membunuh keluargaku, walau saat itu umurku masih bisa dibilang sangat muda, tapi jangan salah aku memiliki ingatan yang sangat kuat.

Yuli yang melihat kemana arah mataku langsung berkata "Dia Brian salah satu most wanted disini, dia memang sangat tampan, tapi tidak ada satu pun perempuan yang berani mendekatinya." katanya, aku menaikan satu alisku, kenapa tidak ada yang berani padanya, apakah dia seorang psikopat? Atau mafia?.

"Emm apa kau tahu marga keluarganya apa? Tapi jangan salah paham dulu, aku hanya ingin bertanya saja." aku bertanya seperti itu karena ingin memastikan sesuatu, jika firasatku benar, maka aku akan menghabisinya, tapi jika firasatku salah, maka aku akan mencari mereka bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun. Gia menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

"Brian Wilson." ucap Yuli "Dia pewaris dari keluarga Wilson, mereka sangat berbahaya, jadi kuharap kalian jangan sampai bermasalah dengannya." ungkap Yuli pada ku dan Gia. Gia hanya mengangguk sedangkan Aku mematung, apa katanya tadi? Wilson? Ya ampun benarkah ini.... Apakah Tuhan sedang berpihak kepadaku untuk membalaskan dendamku? Keluarga Wilson, merekalah yang telah menghabisi keluargaku, mereka sangat gila uang, dan kekuasaan. Setelah lama mencari kini aku menemukan mereka, HAHA... Ajalmu sudah siap menjemputmu Wilson.

Bell pulang berbunyi menandakan bahwa saat nya semua murid untuk pulang kerumah mereka masing masing, aku dan Gia berjalan kearah parkiran, dan disana kami menemukan Brian, Leon, serta Verro. Dikantin tadi Yuli sudah menjelaskan siapa saja para most wanted ini. Aku melirik kearah Gia, Gia pun melirik kearahku. Gia menarik nafas dalam dalam setelah itu dia mengangguk kepalanya seakan memberikan ku izin untuk melakukan sesuatu... Beberapa menit yang lalu... Aku menceritakan semuanya pada Gia, tentang keluarga Wilson, Gia sangat terkejut mendengar penjelasanku, setelah itu aku memberitahunya bahwa aku ingin mendekatinya, bukankah akan lebih mudah dendamku terbalaskan kepada keluarga Wilson lewat anaknya? Kurasa itu bukan ide yang buruk. Awalnya Gia menolak, ia takut kalau suatu saat aku justru malah menyukainya, tapi aku selalu menenangkan Gia, mengatakan bahwa semua akan baik baik saja, aku mendekatinya hanya untuk membalas dendam pada keluarganya.

Aku berjalan kearah Brian, tak lupa sambil menampilkan senyum manisku, yang pastinya senyum terpaksa, brian yang melihat sikapku, menaikan setengah alisnya...

"Ehem, kenalin aku Selly, murid pindahan dari luar kota, kamu Brian kan?" jujur saja Aku sangat ingin menampol wajah Brian yang sangat datar itu, mengabaikan pertanyaanku, Brian lantas pergi begitu saja, meninggalkanku yang masih dengan wajah cengo.

"Ehh, neng Selly, maaf yah Brian emang gitu anaknya, sorry banget yahh, neng Sellynya juga sih terlalu SKSD (Sok Kenal Sok Dekat)." ujar Verro simulut lemes, yang setelah itu langsung pergi meninggalkan area sekolah, yang kini hanya menyisakan Aku dan Gia, wajahku langsung berubah merah, bukan karena salting, tapi karena marah, ini sangat memalukan, untungnya sudah tidak ada murid disana, jadi aku tidak akan jadi perbincangan besoknya.

"Ini sangat menjengkelkan! wajah ituu... Aku sangat ingin menghancurkannya." desisku dengan nada menekan, Gia langsung mengusap ngusap bahuku, berusaha menenangkan ku

"Sabar Sell, kamu harus berusaha mendekatinya, lalu dengan begitu dendammu akan sangat mudah untuk terbalaskan. Tapi ingat, jangan sampai kamu benar benar menyukainya, jika itu sampai terjadi, aku sendiri yang akan membunuhmu." ucap Gia dengan serius, karena menurutku, dendam tetaplah dendam.

•••

Bulan demi bulan berlalu dan kini perjuangangku tidak sia sia, aku berhasil merebut hati Brian Wilson, setelah beberapa bulan lalu aku yang selalu mengejar bahkan selalu menyatakan cintaku pada Brian, tanpa ku duga Brian juga kini sudah menyukaiku. Tapi ada yang aneh dengan perasaanku, bukankah aku harus senang jika sudah berhasil mendekati Brian, itu akan lebih mudah untuk membalaskan dendam orang tuaku lewat Brian. Tapi entah kenapa, aku merasa takut, bukan takut mati, tapi takut kehilangan, aku tidak tahu pasti dengan perasaanku kepada Brian. Dan ternyata hal yang ditakuti oleh Gia, benar benar terjadi, aku ternyata sudah jatuh terlalu dalam hidup Brian, Aku mencintai Brian, dan itu membuat Gia sangat marah padaku.

"Kau keterlaluan Selly ! kau mengingkari janjimu! Mereka... Mereka itu pembunuh keluarga mu Selly!" desis Gia, aku tahu aku telah mengingkari janjiku, akan tetapi ada satu hal yang Gia tidak ketahui, yaitu Brian tidak terlibat dalam kejadian itu, jadi bisa disimpulkan ini bukan salah Brian, tetapi salah keluarganya.

"Gia kau salah, ini bukan salah Brian, kita hanya perlu menghabisi keluarganya saja." Aku mencoba bernegosiasi dengan Gia, tapi Gia tetaplah Gia, dia tidak mau mendengarkan ku, dan lantas pergi begitu saja meninggalkan apartemen dengan barang barangnya yang dia bawa, aku terduduk lemas di lantai, 'kenapa ini harus terjadi'

Sejak saat itu hubungan ku dengan Gia tidak baik baik saja, kami bahkan seperti orang asing yang tidak saling mengenal, kamu juga sudah tidak tinggal di apartemen yang sama. Sedih? Jelas sangat sedih, Gia adalah sahabat sekaligus keluarga ku, tapiii... Ah sudahlah. Malam ini Aku berusaha menghubungi Brian, tapi ada yang aneh, biasanya Brian akan langsung mengangkat telepon ku, tapi kali ini tidak, bahkan sudah lima panggilan tak dijawab olehnya. Hingga sebuah pesan masuk *apa kau sedang mencari kekasihmu? Haha, jika kau mau dia selamat, temui aku dijalan mawar, dan ingat datanglah sendiri, aku menunggumu Selly* isi pesan tersebut, walau nomor itu tidak memiliki nama, akan tetapi Aku tahu siapa orang yang mengirim pesan ini.....Gia!

Sesampainya ditempat yang ditunjukkan oleh Gia, aku langsung memanggil nama Brian "Briann!! Kamu dimana? " teriakku, aku tak mendengar ada yang menyaut, hingga suara tawa menggelegar dari arah belakang ku, dan betapa terkejutnya Aku saat berbalik, disana Aku melihat Gia dan Brian yang sedang diikat di sebuah tiang listrik, penampilan Brian sangat memprihatinkan, tapi yang menjadi perhatian ku sekarang adalah Gia, Aku melihat wajah Gia yang sangat hancur, dan badannya yang berdarah darah, seakan habis berkelahi dengan seseorang.

"Gi-Gia, apa yang terjadi padamu? Kenapa dengan wajahmu?" Gia yang yang mendengar pertanyaan ku lantas langsung tertawa miris.

 "HAHA, bukankah ini yang kamu mau Selly? Ini kan yang kamu suka? Tapi tak apa. Oh aku tahu kamu ga bisa bunuh diakan? " tunjuk Gia kepada Brian

 "So, kamu jangan khawatir, aku yang akan membunuhnya. Dan tadi kamu bertanya kan ada apa dengan wajah ku? Oke akan kujawab, ini hasil dari kerja kerasku, Haha, aku berhasil membunuh seluruh keluarga Wilson, mereka juga penyebab kecelakaan yang menimpa KELUARGAKU!!" Aku hanya bisa terdiam dia, Aku tak percaya Gia benar-benar melakukan itu? Sendirian? Dan jadi selama ini, keluarga Wilson juga penyebab orang tua Gia meninggal.

"Dan kini saatnya aku akan membunuh keturunan mereka juga, tapi aku akan melakukannya didepan matamu langsung Selly, kau berhianat. Padahal kita sudah bersama dari KECIL! AKU YANG SELALU ADA UNTUK KAMU BUKAN DIA! TAPI KENAPA KAMU JUSTRU MEMILIH CINTAMU DARIPADA PERSAHABATAN KITA SELL!!" Teriak Gia

Aku menangis menggeleng kan kepalaku, Aku tidak pernah bermaksud mengingkari janjiku kepada Gia, perasaan ini muncul sendiri, Sungguhh...

"Aku akan membunuh bajingan ini!" Gia bersiap menodongkan senjatanya kepada Brian, tapi Aku lantas berlari kearah Gia, dan langsung memeluknya, Aku tidak ingin Gia melukai Brian, tapi Aku juga tidak ingin kehilangan Gia, Brian adalah cinta pertamaku, sedangkan Gia adalah sahabat ku

"Kumohon jangan, Aku ga bisa kehilangan kalian, kumohon lupakan semua dendam ini Gia, aku Mohon.. Aku hanya ingin hidup normal, tanpa bayang- bayang masa lalu, dan hidup tanpa dendam." aku menangis sambil memohon kepada Gia untuk melupakan semua dendam ini, bukankah tadi Gia sudah membunuh seluruh keluarga Wilson. Jadi masalahnya sudah selesai bukan? Gia awalnya tidak mau mendengarkanku, tapi karena Aku yang terus memohon, akhirnya Gia luluh, dia mulai mau mendengarkan ku.

"Hikss, maafkan aku, aku dikuasai oleh kemarahan, hingga dengan nekat melakukan ini, sungguh maafkan aku." ungkap Gia, kami berpelukan dan menangis, aku menangis bahagia karena Gia mau mendengarkan ku, dan mau berbaikan dengan keadaan. Hingga..... Dorr.. Dorr..

"Akkkh Giaa!! Giaa kumohon bangunn! GIAA Tidakk, buka matamu Giaa!" takdir sungguh lucu bukan? Baru saja kebahagiaan itu datang, tapi apa ini? Gia Meninggal? Haha takdir sangat lucu, sungguh, apa takdir sangat membenci ku hingga tak ingin aku bahagia? jika iya, kenapa takdir membiarkan ku hidup? Haruskah aku mengakhiri hidupku sendiri?

"BRIANN, APA YANG KAU LAKUKAN BAJINGAN! KENAPA KAU MEMBUNUH GIA SIALANN AKKHH!" Amarah dan kesedihan bercampur menjadi satu, dengan amarah penuh Aku mengambil pisau yang ada ditangan Gia tadi, aku lantas berjalan mendekati Brian yang kini mulai ketakutan.

"Tidakk! Selly sadarlah, jika aku tidak membunuhnya, dia akan mencelakai kita, dan asal kau tau juga, dia sudah membunuh Seluruh keluargakuuuu!!!" Brian berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya, akan tetapi semuanya sia sia, Gia mengikat Brian menggunakan simpul mati.

"Haha, apa? Aku tidak salah dengarkan? Gia membunuh seluruh keluargamu, wahh itu sangat bagus, padahal Aku juga ingin membunuh keluarga Wilson, tapi sayangnya Gia sudah membunuh semuanya, kecuali kamu, bukankah Gia sangat baik? Menyisakan mu untukku?"

Aku tersenyum misterius kepada Brian, entahlah aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri, terlalu banyak kejadian yang menimpaku. Saat sudah di depan Brian, tanpa aba aba Aku langsung menusuk mata Brian menggunakan pisau kecil milik Gia, Aku terus menusuk wajah Brian dengan sangat brutal, darah bercucuran deras memenuhi wajah Brian, tak selesai disitu, aku mengambil kapal yang kebetulan ada disamping Brian, dan langsung memotong kedua kaki dan tangan Brian. Brian berteriak kesakitan, tapi justru teriakan Brian seakan seperti nyanyian indah ditelingaku, setelah selesai menyiksa Brian aku langsung membunuhnya dengan cara memenggal kepala nya.

Aku sedih, andai saja aku tidak jatuh cinta kepada Brian, maka semua tidak akan terjadi, Aku tidak akan kehilangan Gia. Aku menangis meraung raung bak orang kesetanan. Hingga aku melihat seseorang berjalan kearahku dengan menggunakan baju berwarna putih bercahaya, diaa... Dia ibukuu, dan ayahku, mereka ada di depan ku. Sungguhh.??

"Ibu, ayah, ajak aku pergi bersama kalian, aku benci kehidupan ini." Aku bangun, berusaha menggapai ibu dan ayahku, tapi ternyata tidak bisa, Aku tak dapat menyentuh mereka.

"Selly, sudah nak, lupakan semua dendammu, hiduplah dengan bahagia, ibu dan ayah menyayangimu." setelah mengatakan itu, mereka menghilang, aku memanggil manggil nama mereka, tapi tidak ada yang datang, mereka sungguh pergi. Dan aku kembali kesepian lagi, tidak ada yang akan memelukku, mendukungku, bahkan merangkulku saat aku sendiri. Dunia sangat kejam padaku. Aku benci ini, Aku mengambil pistol di tanah, dan mengarahkan ke kepalaku, Aku menutup mataku erat erat, lalu bersiap menarik pelatuknya, dan Dorrr.... Inilah akhir kisah hidupku.

Takdir seseorang memang berbeda-beda. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Orang baik? Belum tentu baik, dan orang jahat? Belum tentu juga jahat. Jika kita memiliki suatu dendam pada seseorang, maka belajarlah saling memaafkan. Hidup dengan rukun dan bahagia itu menyenangkan.  

 

 

Tamat 🖤

6 komentar:

Langit Biru

Langit Biru Ynofilicious       Hari ini, merupakan hari yang terasa sama saja seperti hari-hariku kemarin. Tidak ada yang berbeda. Roda ...