Selasa, 22 Oktober 2013

PENGUASAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 NAPABALENO#

NAMA                                     : FIFI
NOMOR STAMBUK             : A1D1 07 098
PROGRAM STUDI                : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA                   INDONESIA DAN DAERAH
DOSEN PEMBIMBING     : 1. Dr. H. Hillaluddin Hanafi, M.Pd
                                              2. Drs. La Ode Balawa, M. Hum
TAHUN SKRIPSI         : 2012



ABSTRAK

FIFI (A1D107098) dengan judul penelitian “ Penguasaan Preposisi dalam Karangan Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano” dibimbing oleh Hilaluddin Hanafi dan La Ode Balawa. Penelitian ini di dilatarbelakangi bahwa pada kenyataan sekarang di sekolah-sekolah banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menempatkan preposisi ataupun menuliskan preposisi ataupun menuliskan preposisi dalam karangan bahasa Indonesia dengan tepat ketika menuangkan gagasan secara tertulis, baik dalam bentuk kalimat, paragraf, maupun karangan. Rumusan masalahnya adalah “ Bagaimanakah tingkat penguasaan dalam karangan siswa kelas IX SMP Negri 1 Napabalano?” Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan preposisi dalam menulis karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano, Kab. Muna setelah mengikuti proses pembelajaran menulis di kelas yang bersangkutan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah jenis penelitian lapangan yaitu peneliti terlibat langsung ke tempat penelitian berlangsung. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IX SMP Negri 1 Napabalano yang terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 114 orang. Sampel yang ditetapkan sebagai sasaran penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi. Dalam hal ini penarikan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Instrument yang digunakan adalah tes menulis. Dalam hal ini responden menulis pengalaman pribadi yang mengesankan.
  Kata Kunci : preposisi, karangan.

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang
Bahasa Indonesia bukan saja penting sebagai bahasa ujaran dewasa ini sudah menunggal dengan kehidupan kemasya ratakan dan kebudayaan Indonesia lebih dari itu bahasa Indonesia telah dicanangkan sebagai  bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 melalui Sumpah Pemuda yang kemudian dikukuhkan sebagai bahasa Negara setelah Indonesia merdeka seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 36 yang berbunyi “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”.
Pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah mencakup tiga komponen pokok, yaitu kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Komponen kebahasaan mancakup lafal, ejaan, tanda baca, struktur (tata bahasa), kosakata, alinea atau paragraph dan wacana. Komponen pemahaman mencakup gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan, yang dilukiskan, serta mengapresiasi karya sastra saduran. Komponen penggunaan mencakup aspek berbicara, menulis yang bertujuan untuk mengembangkan dan mencakup gagasan, pendapat, pengalaman, pesan dan perasaan (Depdikbud, 1994 : 5). Penguasaan ketiga komponen tersebut dimaksudkan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini dapat tercapai apabila guru dapat menyiapkan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mengarah pada penguasaan ketiga komponen tersebut.
Salah satu komponen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mendasar dikuasai oleh siswa adalah komponen kebahasaan. Komponen ini dianggap penting karena kedua komponen lainnya (pemahaman dan penggunaan) tidak dapat dikuasai dengan baik oleh siswa bila tidak menguasai komponen kebahaasaan. Oleh karena itu, pembelajaran kebahasaan yang dilaksanakan oleh guru, baik terpadu maupun terpisah dengan yang lainnya tetap mendapat perhatian utama dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

    Kajian Teori
    Pengertian Menulis
Menulis adalah aktivitas memindahkan pengalaman dalam simbol-simbol verbal. Pengalaman apapun juga, pengalaman empirik, pengalaman membaca, pengalaman imajinatif, maupun pengalaman orang lain. Namun kegiatan menulis tidak mengambarkan sebuah realitas agar sesuai dengan aslinya. Tidak sama dengan memindahkan realitas melalui alat fotografi sehinnga menghasilkan gambaran yang mendekati objeknya. Dalam menulis, terjadi kegiatan intelektual yang luar biasa banyak. Individu tidak sekedar mengidentifikasi karateristik objek yang diamati. Namun, juga melibatkan aspek penilaian, pengukuran dan kemudian tidak terelakkan merangsang  ide-ide di dalamnya. Sebab, ketika sebuah objek berhasil diidentifikasi karatersitiknya, intelektual seseorang akan menimbangnya dengan standar nilai tertentu. Mungkin nilai yang berangkat dari kiadah ilmu pengetahuan, agama, etika, kebudayaan, teknologi, estetik, dan sebagainya. Maka menulis sesungguhnya sebuah kerja yang sangat berat, karena menuntut dimasukannya “analisis”. (Panuju, 2008:9-10).
Menurut Widyamartaya menulis adalah keseluruhan kegiatan seseorang yang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan pengarang. Pengertian ini mengandung empat unsur penting: (1) gagasan, (2) bahasa tulis, (3) untuk pembaca, (4) terpahami. Dalam Abidin : 2001
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah penayangan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk bahasa tulis yang tepat untuk berkomunikasi kepada pembaca. Dalam hal ini, menulis merupakan kegiatan menyusun objek untuk mewujudkan paragraf yang utuh dengan menggunakan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. 

    Pengertian Karangan
Karangan pada hakikatnya adalah ungkapan gagasan dengan bahasa tulis. Dilihat dari keluasaan dan keterciriannya, gagasan dalam karangan memiliki jenjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsur bahasa.
Ada gagasan yang diungkapkan dengan kata. Ada gagasan yang diungkapkan dengan kalimat. Ada pula gagasan yang diungkapkan dengan paragraf. Bahkan gagasan lengkap dean final diungkapkan dalam dan dengan karangan yang utuh. (Suparno, 2008:31)

    Kelas Kata Bahasa Indonesia
Kelas kata termasuk salah satu topik yang selalu menjadi masalah dalam analisis bahasa. Istilah kelas kata disebut jenis kata dalam tata bahasa tradisional atau dalam bahasa Inggris disebut part of speech, bahasa Belanda disebut woordoorten. Penggolongan kata dalam kelas kata itu tidak lain untuk menemukan sistem dalam bahasa tersebut (Parera, 1990:5).

    Pengelompokkan Kelas Kata
Akibat perbedaan pandangan mengenai konsep kelas kata, khususnya pandangan linguis tradisional dan struktural sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka pengelompokkan kelas kata juga bervariasi. Alisyahbana dalam Iswara da Harjasujana (19967:126) membagi kata bahasa Indonesia menjadi 10 kelas, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yunani sampai pada Aristoteles. Kelas kata bahasa Indonesia menurut Alisyahbana, yaitu:
    Kata Benda (substantiva)        6. Kata Depan (preposisi)
    Kata Kerja  (verba)        7. Kata Sambung (konjungsi)
    Kata Keadaan (adjektiva)        8. Kata Sandang (artikel)
    Kata Ganti (pronomina)        9. Kata Seru (interjeksi)
    Kata Bilangan (numeralia)    10. Kata Penegas (Partikel)
Kemudian orang menyederhanakan menjadi 5 kelas saja. Salah seorang yang membagi kelas kata bahasa Indionesia menjadi lima kelompok adalah Moeliono (1993: 76). Berikut ini adalah pembagian kelas kata bahasa Indonesia menurut Moeliono, yaitu (1) verba, (2) adjektiva , (3) adverbial, (4) nomina, pronominal, numeralia, (5) Kata tugas (preposisi, konjungtor, interjeksi, artikel dan partikel)

    Pengertian Preposisi
Hampir semua buku tata bahasa membicarakan masalah kata depan atau preposisi. Namun istilah yang digunakan berbeda-beda walaupun pengertiannya tetap sama. Muljana dan Alisjahbana menggunakan istilah “kata perangkai”. Padjawijatna, Hadidjaja dan Keraf menggunakan istilah “kata depan”, Lubis menggunakan istilah “kata penyelit” serta Lapowila menggunakan istilah “preposisi” Dalam kajian pustaka yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, digunakan istilah preposisi dan istilah kata kata depan, dengan alasan bahwa istilah itu sudah sangat lazim dipakai dalam lingkungan pengajaran tata bahasa di sekolah.
Beberapa pengertian lain yang berkaitan dengan preposisi, yakni sebagai berikut:
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikemukakan bahwa preposisi adalah kata yang biasa terdapat di depan nomina.
    Chaer (1987:23) mengatakan bahwa preposisi adalah kata atau frasa sehingga terbentuk sebuah frasa eksosentris. Yakni frasa yang lazim menduduki fungsi keterangan dalam kalimat.
    Dalam Tata Baku Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisi.
    Dalam kamus linguistik dikatakan bahwa preposisi adalah partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkan dengan kata lain dalam ikatan eksosentrik, misalnya di, ke, pada, dan dari.


    Jenis-Jenis Preposisi
Kridaklaksana (1993: 55-97) mengemukakan preposisi terbagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
    Preposisi dasar, yakni preposisi yang tidak dapat menghalangi proses morfologis.
    Preposisi tuturan yang terbagi atas dua bagian, yaitu (1) gabungan preposisi dengan preposisi dan (2) gabungan preposisi yang berasal dari kelas kata lain yang berprefiks se-, misalnya selain, semenjak, dan sebagainya.

    Ciri-Ciri Preposisi
Ciri-ciri preposisi dapat diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
    Secara morfologis, preposisi sukar sekali mengalami perubahan bentuk, walaupun ada yang mengalami perubahan bentuk.
    Secara sintaksis, preposisi tidak dapat menduduki fungsi subjek, predikat dan objek dalam kalimat.
    Secara semantik, preposisi tidak dapat memiliki arti leksikal.
    Dari segi distribusinya, preposisi tidak pernah terdapat di akhir kalimat dan biasanya mendahului nomina.
Jika dilihat dari manifestasi kriteria fungsi, maka preposisi (1) menyatakan pertalian kata benda tertentu dengan kata lain dalam kalimat (2) menyatakan pertalian makna kata-kata atau bagian-bagian kalimat atau penanda kostruksi frasa eksosentrik.

     Pembagian Jenis Preposisi
Pada dasarnya hampir semua literatur tata bahasa Indonesia membahas masalah kata depan. Dalam tata bahasa Indonesia dikemukakan pembagian jenis kata depan atau preposisi ditinjau dari segi bentuknya sebagai berikut :



    Preposisi Monomorfonemis
Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri atas satu morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Yang termasuk preposisi monomorfemis yaitu : di, ke, bagi, untuk, buat, guna, dengan karena, pada, dan sejak.

    Preposisi Polimorfemis
Preposisi Polimorfemis terdiri dari dua macam
    Yang dibentuk dengan memakai afiks.
    Yang  dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih.

    Preposisi Polimorfemis dengan Afiks
Preposisi Polimorfemis dengan afiks dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar, dasar itu dapat berupa morfem bebas (sama, serta) atau morfem terikat (jelang, kitar). Yang termasuk preposisi polimorfemis dengan afiks, yaitu : bersama, beserta, menjelang, sekitar, menurut, menuju, sepanjang, mengenai, bagaikan, terhadap, dan bagaikan.

    Preposisi Polimorfemis berupa gabungan
Preposisi polimorfemis dapat berupa :
    Gabungan preposisi dengan preposisi
    Gabungan preposisi dan bukan preposisi

    Gabungan Preposisi dengan Preposisi
Ada kalanya preposisi dan yang bukan preposisi dapat digabungkan sehingga merupakan preposisi gabungan, misalnya, : di atas, di bawah, di muka, ke depan, ke luar, dan dari samping.
   
    Penggunaan Kata Depan
Telah kita ketahui bahwa kata adalah kesatuan bahasa yang terkecil yang
melambangkan pengertian, sedangkan arti atau makna adalah hubungan antara
tanda berupa lambang bunyi ucapan dengan hal atau barang yang
dimaksudkannya yang telah di sepakati oleh masyarakat pemakai bahasa.

2.9.1 Penggunaan Preposisi Monomorfemis
        Penggunaan kata depan monomorfemis di, ke, pada dan dari, masing-masing member makna tertentu. Berikut ini kita perhatikan contoh pemakaianya dalam kalimat.
    Kata depan di digunakan untuk menandai makna tempat berada (Ramlan, 1980 : 65)
Misalnya : -  Ledakan bom pertama diperingati di Hirosima.
    Aku menemukan seorang anak yang sudah sangat lemah di ilalang.
    Kata depan di gunakan untuk menandai makna sebagian dari (Ramlan, 1980 : 69)
Misalnya : - Di antara mereka ada yang menderita sakit jiwa
     Ketika itu, di antara seperempat juta jiwa yang hadir terdapat lebih dari seratus wakil pemetrintah dari berbagai Negara dan tokoh-tokoh terkemuka.
    Kata depan Ke digunakan untuk menandai makna tempat, arah atau sesuai yang di tuju (Ramlan, 1980 : 74)
Misalnya : - Sehari penuh mereka akan bertamasya ke pantai
     Nina mengangkat bahu melihat ke kiri dan ke kanan, lalu keluar
    Kata depan dari digunakan untuk menandai makna asal (Ramlan : 1980 : 46)
Misalnya : - Surjan itu terbuat dari kain lurik buatan
    Dindingnya dari beton bertulang yang dilapisi dengan marmer.


 
    Penggunaan Preposisi Polimorfemis
Penggunaan kata depan polimorfonemis daripada dan kepada memiliki makna tertentu. Berikut contoh penggunannya dalam kalimat.
    Kata depan daripada digunakan untuk menandai hubungan perbandingan (Muliono, 1997 : 233).
Misalnya : - Adiknya justru lebih pandai daripada kakaknya.
    Ali lebih tinggi daripada adiknya.
    Kata depan kepada digunakan untuk menandai hubungan arah ke suatu tempat (Muliono, 1997 : 233)
 Misalnya :
- Kepada siapa aku harus mencurahkan isi hatiku kalau bukan kepadamu
- Siswa itu bertanya kepada gurunya

2.10 Penulisan Kata Depan (Preposisi)
        Menurut Ejaan Yang Disempurnakan, kata depan (preposisi) di, ke, dapat ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, atau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dengan alasannya bahwa kata depan di dan ke mempunyai dua fungsi yaitu sebagai awalan dan sebagai kata depan.
    Berikut ini contoh penulisan kata di dan ke sebagai awalan dan kata depan.
  Penulisan di dan ke sebagai awalan:
    Diambil (di sebagai awalan)
    Diinjak (di sebagai awalan)
    Ketua (ke sebagai awalan)
    Kekasih (ke sebagai awalan)
   Penulisan di dan ke sebagai kata depan:
    Di atap (di sebagai kata depan)
    Di bawah (di sebagai kata depan)
    Ke bawah (ke sebagai kata depan)
    Ke Jakarta (ke sebagai kata depan)

Berdasarkan contoh dan uraian  yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik satu kesimpulan penulisan kata depan di, ke, dan dari selalu ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali di dan ke berfungsi sebagai awalan maka penulisannya harus serangkai dengan kata yang mengikutinya.


  
    METODE PENELITIAN

3.1 Metode Jenis dan Penelitian
    3.1.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif  kuantitatif.  Istilah deskriptif mengisyaratkan bahwa penelitian yang dilaksanakan semata-mata hanya untuk memberikan gambaran berdasarkan fakta atau fenomena penguasaan penggunaan preposisi dalam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano yang ditemukan di lapangan.

             3.1.2 Jenis Penelitian
        Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Dikatakan penelitian lapangan karena peneliti terlibat langsung ke lapangan atau ke sekolah tempat sampel untuk mengumpulkan data penelitian.

             3.2 Populasi dan Sampel
        3.2.1 Populasi
        Sesuai dengan tujuan yang dapat dicapai maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian sebagai populasi adalah keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri Napabalano.
        Sesuai dengan data tahun 2011/2012, siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano berjumlah 114 orang. Jumlah siswa tersebut dibagi dalam empat kelas masing-masing berjumlah 38 orang.
Secara mendetail data siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano dapat dilihat pada tablel sebagai berikut :

Tabel 1
Keadaan Populasi Siswa SMP Negeri 1 Napabalano Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas    Laki-laki    Perempuan    Jumlah
IX A    16    11    27
IX B    16    13    29
IX C    15    15    30
IX D    14    14    28
JUMLAH    61    53    114
Sumber data : Kantor SMP Negeri 1 Napabalano tahun pelajaran 2010/2012

3.2.2 Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Total Sampling, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah114.

    3.3 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen tes menulis karangan pengalaman pribadi yang mengesankan. Penggunaan tes menulis karangan didasarkan pertimbangan bahwa kemampuan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif sehingga akan tepat bila digunakan tes pembuatan dalam bentuk menulis karangan, karangan yang disusun koresponden merupakan karangan bebas. Sebelum menyusun karangan tersebut responden terlebih dahulu menyusun kerangka pokok dari pengalaman yang ditulisnya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan siswa dalam meragkai kalimat-kalimat sehingga tercipta karangan yang utuh.
Dalam penulisan tulisan ini menggunakan dua penilaian dalam setiap kata depan yakni penilaian dalam hal penggunaan dalam kalimat dan penilaian dalam hal penulisan. Dalam mengarang ini, penilaian hanya terbatas pada kata depan di, ke, dari, pada, dan kepada.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan instrumen tes menulis. Untuk memperlancar dan menjaga objektivitas pengumpulan data peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Data yang diperoleh dari tulisan siswa setelah dikumpul diolah, untuk menetukan tulisan  yang bercorak narasi setelah itu diamati berdasarkan kata depan yang digunakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
    Memberi kode pada lembar kerja yang telah dijadikan sampel .
    Mengkoreksi tulisan siswa karena ada kemungkinan sebagian kata atau kalimat tidak terbaca
    Mengkoreksi tulisan siswa dengan memperhatikan penggunaan kata depan polimorfemis dan monomorfemis.

    Teknik Pengambilan Tulisan
Untuk mengetahui ketepatan penggunaan preposisi dalam karangan siswa maka teks atau tulisan harus diperiksa dan dinilai berdasarkan kaidah-kaidah penilaian tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Adapun sistem penilaian tulisan yang digunakan 2 aspek penelitian yaitu penelitian dalam hal penggunaan preposisi dalam kalimat dan penilaian preposisi dalam hal cara penulisannya

    Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat pengusaan ketepatan penggunaan kata depan dalam karangan siswa digunakan teknik analisis dekrpitif kuantitatif yaitu analisis berdasarkan presentase. Hal ini dimaksudkan untuk mempresentasekan tingkat kemampuan baik secara individual maupun secara klasikal.

Proses analisis data menggunakan dua tahap penganalisasian yaitu menganalisis secara keseluruhan preposisi tersebut yaitu di, ke, dari, pada, kepada, dan daripada.  Selanjutnya, menganalisis secara terpisah yakni menganalisis preposisi dalam kelompok masing-masing, preposisi di, ke, dari, dan  pada  termasuk dalam kelompok preposisi monomorfemis.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan preposisi dalam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano secara klasikal dan individual ditentukan berdasarkan persentase pada tabel 2

Tabel 2
Tingkat penguasaan preposisi dalam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano
Kategori    Tingkat Penguasaan    Persentase
Menguasai    65-100    65% - 100%
Tidak menguasai    0-64    0% - 64%

    Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasbelajaran individual adalah:
         P = (∑x )/n  x 100%
    Ket :    P : Kemampuan Siswa
        ∑x : Jumlah jawaban yang benar
    n : Jumlah keseluruhan penggunaan preposisi

Selanjutnya, rumus yang digunakan untuk digunakan untuk menentukan ketuntasbelajar klasikal responden adalah :

(jumlah responden yang mencapai penguasaan minimal 65% )/(jumlah seluruh responden)  x 100%

Selanjutnya hasil analisis tersebut diacukan kepada kriteria ketuntasbelajaran. Secara individual siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa mencapai penguasaan minimal 65%, sedangkan secara klasikal siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa mencapai penguasaan minimal 65%.


    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Interpretasi Hasil Penelitian
    Berdasrkan hasil analsis data yang dipaparkan dapatlah diinterpretasikan bahwa secara umum penguasaan preposisi dalam karangan siswa IX SMP Negeri 1 Napabalano telah mencapai ketuntasanbelajar secara klasikal. Dengan kata lain, sudah tergolong ke dalam kategori penguasaan yang baik. Demikian pula halnya dengan penguasan preposisi  di, ke, dari, dan pada  (monomorfemis) baik dalam  kalimat maupun cara penulisannya telah mencapai ketuntasan belajar. Namun pada preposisi  kepada dan daripada  (polimorfemis) yang telah di data pada tabel yang telah dipaparkan menunjukan bahwa penguasaan siswa terhadap preposisi kepada dan daripada  (polimorfemis) belum mencapai skor ketuntasan. Dengan kata lain masih tergolong dalam kategori tidak menguasai. Ketidakmampuan siswa menggunakan preposisi dalam karangan misalnya kepada dan daripada  (polimorfemis) tersebut sebagaimana kalimat-kalimat yang di buat oleh siswa pada umumnya disebabkan oleh kurangnya penguasaan mereka terhadap kosa kata, ejaan  dan cara membuat kalimat yang benar.

    Kurangnya penguasaan kosa kata yang dimaksud tampak pada terbatasnya kemampuan siswa menggembangkan kalimat yang disediakan. Hal ini sama juga terjai pada ejaan, utamanya pada penulisan kepada dan daripada  (polimorfemis) yang tepat. Umumnya siswa menulsikannya dengan cara merangkai preposisi dengan kata yang mengikutinya misalnya :
    Dikebun seharusnya di kebun
    Disana seharusnya di sana
    Kepasar seharusnya ke pasar
    Daripada seharusnya daripada
    Contoh dalam kalimat :
    Saya akan pergi di pasar seharusnya saya akan pergi kepasar
    Kenyataan di atas menunjukkan bahwa siswa IX SMP Negeri 1 Napabalano belum memahami secara memadai penguasaan preposisi dengan tepat dalam kalimat. Bahkan ada kecenderungan bahwa siswa belum dapat membedakan preposisi di dan ke dengan di- dan ke- sebagai awalan. Hal ini salah satu faktor yang menyebabkan ketidak mampuan siswa menggunakan preposisi dalam kalimat dengan tepat. Melihat kenyataan tersebut tentu siswa tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan siswa yang kurang menguasai preposisi, faktor lain juga harus mendapat perhatian dari guru.

Pada kenyataannya menurut informasi yang dihimpun dari guru bahasa dan satra Indonesia di sekolah bahwa siswa kurang memiliki buku penunjang sehingga mereka semata-mata mengharapkan materi yang diberikan oleh guru di sekolah.

Penguasaan preposisi daam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano tergolong dalam kategori menguasai karena persentase penguasaan secara klasikal telah mencapai 93,85% dari 85% sebagai standar ketuntasanbelajar.

Penguasaan preposisi di, ke, dari dan pada (monomorfemis) dalam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano tergolong dalam kategori menguasai persentasen ketuntasan belajar yang dicapai siswa secara klasikal telah mencapai 88.59%

Tingkat penguasaan preposisi kepada dan daripada  (preposisi polimorfemis) dalam karangan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Napabalano tergolong dalam kategori belum menguasai karena persentase ketuntasbekajaran yang dicapai siswa secara klasikal hanya mencapai 64,91% dari 85% sebagai standar ketuntasan belajaran.










DAFTAR PUSTAKA

    Badudu, J. S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta : P.T Gramedia
    Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Bhatara Karya Aksara
    Iskar, Soehendra. 1996. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia. Bandung: Citra Aditiya sakti
    Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : P.T Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langit Biru

Langit Biru Ynofilicious       Hari ini, merupakan hari yang terasa sama saja seperti hari-hariku kemarin. Tidak ada yang berbeda. Roda ...