Selasa, 28 Juli 2020

Narang Adalah Teguh Bagian 2

Prolog…

            Apakah aku masih bisa merasakan perasaan mencintai lagi…? Apakah aku bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu yang begitu pahit dan kelam..? orang yang paling aku nantikan cintanya akan bersambut denganku, ternyata lebih mencintai orang lain dari pada ku…?  Pantaskah aku masih mengharapkannya..? tidak adakah sedikit cinta di hatinya yang bisa ia bagi untuk hatiku yang mengharapkannya….. haruskah aku terus berkubang dalam cinta yang kelabu dan semu..?

 

Bagian 2

            Tidak mudah bagi Narang untuk melepaskan kenangannya tentang Nuni. Padahal sudah tiga bulan, ia berusaha untuk melupakan gadis itu, tapi entah mengapa hatinya terus saja mengharapkan gadis itu. Karena tidak ingin terus larut dalam kesedihan karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, Ia memutuskan untuk mengikuti saran sahabatnya Ken, dengan berlibur ke kampung halaman istrinya Saskia. Ken kasihan melihat Narang yang sedang sedih karena patah hati. Menurut Ken sakit hati yang dirasakan Narang pasti sangat sakit. Bagaimana tidak…. Yah sudahlah lagipula Narang harus bangkit dan menatap hidupnya ke depan ia tidak bisa terus-terusan terpuruk.

            Tempat tinngal Saskia sangat indah dan tenang. Narang merasa sedikit terhibur bisa datang ke tempat itu. Ia bersyukur mempunyai sahabat sebaik Ken. Yang lebih membuat Narang bahagia ia bisa melihat Ken dengan Saskia sangat senang bisa pulang ke tempat ini. Jujur Narang iri melihat kebersamaan pasangan suami istri itu. Mungkin belum saatnya ia bisa bahagia dengan orang yang bisa membahagiakannya juga. Tanpa Narang sadari belakangan ini sudah bisa tersenyum lagi, selama tinggal di tempat ini, dirinya merasa Ken pasti sedang mengejeknya saat ini, dengan menunjukkan kebersamaanya dengan istrinya di depannya.

Narang hanya tersenyum melihat itu sambil duduk seorang diri di bawah pohon besar dan rindang, sambil melihat pemandangan alam yang indah. Tuhan benar-benar menciptakan sebuah mahakarya yang sangat menakjubkan. Mungkin lebih baik ia mencintai alam semesta saja, yang mungkin tidak akan meninggalkannya atau menolaknya, ujar Narang dalam hati sambil tersenyum.

Entah mimpi atau nyata Narang melihat sosok Ibunya sedang melihatnya dari jauh sambil tersenyum padanya. Tanpa pikir panjang Narang bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah ibunya itu. Ibunya sedang berdiri di pinggir danau, seperti biasa wanita itu terlihat cantik. Narang mengucek-ucek matanya, menepuk-nepuk pipinya menyadarkan dirinya apakah yang ia lihat itu nyata atau tidak. Narang telah berdiri di depan sosok itu, wajahnya benar-benar terkejut melihat itu. Mungkin ini hanya ilusinya saja yang terlalu merindukan ibunya. Sampai-sampai berkhayal seperti itu… dengan tatapan tak percaya matanya tertuju pada bayangan ibunya. Ken yang paham apa yang terjadi pada sahabatnya, langsung berlari kearah Narang yang seakan tidak mendengar apa-apa lagi, termasuk teriakan Ken saat memanggil namanya.

“Narang…..!!” teriak Ken sembari menarik pundak Narang dan menghempaskannya ke tanah. Sontak saja Narang tersadar dan terkejut.

“Apa yang terjadi padamu!” bentak Ken sambil menampar Narang dengan keras.

Tentu saja membuat Saskia terkejut dan langsung menenangkan Ken dan membantu Narang berdiri. Ken langsung menarik kerah baju Narang. Hampir saja Narang terjatuh, untung saja Ken menahan tubuhnya. Kepalanya terasa pusing, dunia seolah runtuh dan menimpa dirinya.

“Ken… tenanglah aku tidak apa-apa…” Ujar Narang, menenangkan Ken yang terlihat panik. Ken berusaha menjernihkan pikirannya sambil menatap sahabatnya.

“Lalu mengapa kamu berjalan kearah danau sampai tidak mendengar saat aku memanggilmu?” ujar Ken dengan tenang.

 “Aku pernah cerita, Saskia hampir meninggal di danau itu karena dia melihat bayangan anakku yang meninggal. Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi” Ujar Ken dengan suara yang bergetar.

Narang menatap danau itu, hampir saja tadi ia kehilangan nyawanya. Dan membuat semua orang kesusahan karena dirinya. Terlebih Saskia terlihat sedih dan masih terus menenangkan Ken.

“Aku gak tahu kenapa aku kesana, aku minta maaf telah membuat kalian khawatir.” Ujar Narang sambil menatap Ken dan Saskia sambil tersenyum kelu.

Tak ingin berlama-lama di danau, Ken dan Saskia pulang kembali ke rumah orang tua Saskia dan meninggalkan danau itu. Sepanjang perjalanan, Narang larut dalam perasaanya sendiri, apa arti bayangan ibunya itu muncul lagi…? Kejadian itu mengingatkannya pada Nuni. Mendadak dadanya terasa sakit, ia bingung dengan dirinya, mengapa harus selalu teringat akan gadis yang telah memberikannya luka sedalam itu padanya. Karena merasa khawatir, Ken bertanya tentang apa yang ia lihat tadi di danau, bayangan siapakah yang dilihatnya sampai sebingung itu di depan danau tadi.

“Apa kau baik-baik saja? Hmm ngomong-ngomong bayangan siapa yang kamu lihat tadi..?” tanya Ken dengan hati-hati.

Entah apa yang harus ia jawab. Semuanya terlalu rumit untuk dirinya saat ini. “Ibuku…..” jawab Narang pelan sambil mengusap wajahnya.

Ken tersentak mendengar jawaban Narang. Pantas saja raut wajahnya seperti itu. Ken menghela napasnya, ia merasa bersalah karena sudah mengajak Narang ke danau itu.

“Maaf tak memberitahumu terlebih dahulu, aku kira kau akan baikan karena pemandangan disana sangat bagus, dan tenang.” Ujar Ken dengan getir.

“Kau tak salah Ken, pemandangan disana sangat bagus, sampai-sampai aku tidak bisa membedakan apakah itu nyata atau tidak.” Ujar Narang lemas.

Mereka semua terdiam entah apa yang terjadi. Ken juga bingung mengapa hal tersebut bisa menimpa Narang.

“Kau bilang Saskia pernah hampir meningga karena melihat anak kalian disana?”

“Iya, makanya tadi aku sangat takut melihatmu berjalan kearah danau itu.” jawab Ken sambil menatap Saskia.

“Berarti ada kemungkinan Ibuku juga sudah meninggal dunia.” Ucap Narang sambil menatap langit yang kelabu, seperti hatinya saat ini.

“Narang aku…”

“Aku sudah terbiasa ditinggalkan oleh orang yang kusayangi, jadi kau tak usah merasa bersalah padaku Ken. Malah aku berterima kasih padamu, setidaknya aku masih bisa melihatnya walaupun tidak nyata.” Jelas Narang, sambil menepuk pundak Ken. Yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

Narang ikut serta membantu persiapan acara nanti malam itu, walaupun Ken melarangnya, tapi Narang tetap keukeh dan membantu juga. Narang sudah sangat dekat dengan keluarga ini, bisa dibilang seperti keluarga keduanya. Seluruh keluarga Ken juga sudah tahu bahwa ia masih keturunan kerajaan, dan juga saudara dari Badai. Tapi Narang meminta mereka untuk merahasiakan tentang statusnya itu. Karena Narang masih belum siap untuk kembali lagi ke kerajaan. Selain itu juga mereka harus memperlakukannya biasa saja tanpa penghormatan atau apapun itu yang menurut Narang sangat membosankan.

            Sampai saat ini Ken dan keluarganya kagum dengan Narang, yang bisa bertahan hidup meskipun tidak menjadi bagian dari kerajaan, kejadian masa lalu itu sangat membuatnya ingin keluar dari kerajaan dan hidup seperti orang biasa. Ia lebih suka hidup bebas tanpa aturan daripada harus terkekang dan terkurung. Ayah Ken yang sedang melihat Narang mengangkat meja dan kursi, tersenyum juga sedikit sedih melihat semua perjalanan hidupnya. Lelaki sebaik dia masih juga kecewakan dan ditinggalkan oleh beberapa orang. Sejak ia keluar dari kerajaan dan bertemu dengan Ken saat itu ia sudah menganggap Narang seperti anaknya sendiri, apalagi setelah ibunya pergi dan meninggalkannya sendirian. Entah mengapa dirinya dan istrinya sangat menyayangi Narang tidak berbeda dengan Ken. Setelah semua persiapan selesai, Rama mengapit tangan Narang dan mengajaknya berkeliling-keliling.

            Narang terkejut dan tertawa melihat tingkah laki-laki paruh baya itu, yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Tiba-tiba Rama memeluk Narang sambil menepuk-nepuk punggungnya. Narang terdiam dalam pelukan hangat laki-laki itu, ia merasa bahagia diperlakukan seperti itu. Ken, Saskia, dan ibunya dan orang tua Saskia tersenyum melihat pemandangan itu. Rama memang sangat baik, dan penyayang. Ken memeluk Saskia dan Ibunya melihat tindakan ayahnya. Rama melepaskan pelukannya dan menepuk kedua pipi Narang seperti dulu ketika Narang dan Ken masih kecil. Narang hanya bisa tertawa…

“Apa kabar Teguh?” Tanya Rama sambil tertawa melihat wajah Narang, yang terlihat sangat lucu.

“Kabar baik Romo.” ujar Narang sambil tertawa juga. Saat ini dirinya sangat bahagia, jarang-jarang ia mendapatkan perlakuan seperti ini. terlebih Ayahnya yang jarang memperlakukannya seperti ini.

“Romo, sudah jangan tambah membuat wajah Narang seperti itu.” ujar Ken sambil tertawa.

Tidak bisa di elakan lagi mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat wajah Narang, yang sepertinya kesakitan.

            Malam yang dinanti akhirnya datang juga, halaman yang menjadi tempat acara untuk Ken dan Saskia, itu sangat indah dengan hiasi lampu warna-warni dan dekorasi yang unik, seperti keunikan kedua pasangan suami istri itu. Semua orang datang memberikan selamat pada Ken dan Saskia yang tampak seperti raja dan ratu sehari lagi. Sementara itu Narang sedang melihat penampilanya di depan kaca, malam ini ia begitu tampan dengan setelan jas yang dikenakannya itu. Tapi entah mengapa dadanya terasa kosong.

Tiba-tiba pintunya diketuk dari luar, Narang bergegas membukakan pintu, betapa terkejutnya ia melihat sosok gadis berdiri di depan kamarnya dengan menggunakan gaun berwarna cokelat muda. Narang seperti pernah melihat gadis ini, ia merasa tidak asing dengannya. Sementara gadis itu juga terpana dengan laki-laki tampan yang ada didepannya saat ini. Karena merasa wajahnya terasa panas ia mengalihkan pandangannya.

“Hmm,,, Romo, menyuruh saya menyerahkan ini.” ujar gadis itu sambil menyerahkan sesuatu kepada Narang. Narang mengambilnya sambil terus memandang gadis itu. Sepertinya ia pernah bertemu dengan gadis ini, tapi entah dimana. Tak ingin berlama-lama akhirnya gadis itupun pergi. Narang memeriksa isi bingkisan dari gadis misterius tadi. Ternyata isinya dasi ia pun langsung memakai dasi tersebut tak ingin membuat Romo kecewa.

Tiba-tiba ia mendengar keributan di tengah pesta. Narang langsung pergi ke sumber suara itu, betapa terkejutnya ia mendapatkan beberapa gadis sedang terlibat perkelahian sengit, tak ayal lagi Narang langsung memisahkan gadis-gadis itu, bukannya malah berhenti, gadis-gadis itu malah memukuli Narang, untung saja Ken datang membantu memisahkan gadis-gadis itu. Narang berusaha memisahkan mereka tapi, mereka sangat kuat. Karena merasa belum puas gadis yang di tahan oleh Ken dengan cepat mengambil botol minuman dan melemparkannya pada gadis yang tadi ditahan oleh Narang, dengan cepat Narang melindungi gadis itu, tentu saja botol minuman itu mengenai kepalanya. Seluruh tamu yang datang terkejut dengan insiden itu. Gadis yang satunya terkejut telah melemparkan botol itu malah mengenai Narang.

Narang melihat gadis yang ada dalam dekapannya itu, ternyata gadis yang memberikannya dasi. Ia tersenyum melihat gadis itu, dengan darah yang mengalir dari kepalanya dan pingsan. Gadis itu menahan tubuhnya, wajahnya panik melihat Narang yang tidak sadarkan diri. Ken yang melihat itu dengan cepat meminta bantuan dan membopong tubuh Narang ke dalam rumah. Untung saja Saskia yang berprofesi sebagai dokter langsung mengobati luka Narang yang terlihat serius. Saskia menyuruh semua orang keluar dari kliniknya karena ia akan mengobati Narang. Ternyata sebelum lukanya diobati Narang sudah terlebih dulu sadar dan bagun dari tidurnya.

“Saskia..” Desah Narang lemah. Saskia terkejut melihat Narang yang sudah tersadar. Wajahnya pucat. Bajunya bukan lagi berwarna putih, tapi sudah berganti warna menjadi merah.

“Narang, aku perlu periksa luka kamu dulu,” ujar Saskia sambil memeriksa kepala Narang, ternyata luka di kulit kepalanya agak luas mengenai pembuluh darahnya. Pantas saja banyak sekali darah yang keluar, kalau begini lukanya harus dijahit. Saskia segera bergegas mengambil peralatan jahitnya.

“Lukamu cukup luas, aku akan menjahitnya.” ujar Narang. Saskia mengangguk sambil membersihkan lukanya dengan alkohol. Narang meringis kesakitan.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Saskia

“Lanjutin aja Sas,” tukas Narang sambil tersenyum.  Lagipula ia pernah mengalami luka yang lebih parah dari ini.

“Gadis itu bagaimana?” tanya Narang merasa khawatir dengan gadis tadi.

“Hmmm…mungkin sedang di marahi Ken.” Ujar Saskia pelan

“Ha? memangnya siapa sih gadis itu?” ujar Narang sambil meringis lagi.

Saskia berhenti menjahit luka Narang, sembari memandang Narang dengan terheran-heran. Setelah itu ia memegang jidat Narang. tentu saja ia heran melihat tindakan Saskia padanya.

“Kamu benar-benar tidak ingat yah?” tanya Saskia sambil melipat kedua tangannya.

Narang yang bingung langsung menggaruk-garuk kepalanya, tapi tersadar dan meringis kesakitan.

“Nggak.” jawaban super pendek dari Narang dengan wajah datar. Saskia hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatnya itu, dan segera menutup lukanya dengan perban dan mengantar Narang keluar dari klinik. Ken yang menunggu lega melihat Narang yang ternyata sudah sadar.

“Kamu gak apa-apa?” tanya Ken sambil memandang Narang.

“Ya sakitlah. Tadi siang kena tampar, sekarang mana kena botol.” jawab Narang dengan kesal. Saskia langsung memukul jidat Narang dan berlalu dari mereka berdua sambil tertawa.

“S A S K I A….!!!!” teriak keduanya bersamaan.

Di ruang tamu sudah ada Rama dan Lestari sedang duduk berhadapan dengan kedua gadis yang tadi berkelahi sehingga membuat Narang terluka. Alangkah terkejutnya Narang melihat gadis yang ia selamatkan tadi, sedang dimarahi oleh Ayahnya Ken. Narang hanya bisa terdiam, mellihat yang sedang terjadi. Narang melihat gadis itu hanya bisa tertunduk dalam-dalam dan takut.

Narang tersenyum kecut melihat gadis itu. Saskia yang melihat Narang mencubit perut Narang. Lelaki itu hanya bisa meringis kesakitan.

“Apa kalian akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti itu lagi?” tanya Rama dengan suaranya yang berwibawa. Narang yakin kalau kedua gadis itu pasti sangat ketakutan sekarang. Dulu Narang dan Ken juga pernah ada diposisi itu.

“Tidak akan lagi Romo,” sahut mereka berdua bersamaan. Rama memandang kedua gadis itu lekat-lekat, sambil geleng-geleng kepala.

“Apa permasalahan sehingga kalian bertengkar?” tanya Rama lagi

Karena takut dimarahi lagi, akhirnya gadis yang satunya berbicara.

“Itu karena… Kirana berusaha merebut pacarku.” Ujar Vanya dengan tatapan kesal.

Narang tersentak mendengar nama Kirana. Pantas saja gadis itu tidak asing baginya.

Ia menatap Saskia yang duduk disampingnya.

“Kirana…?” ujar Narang tidak percaya. Saskia hanya manggut-manggut menjawab Narang.

“Pacar?” Rama benar-benar tidak habis pikir dengan yang sudah terjadi.

“Apa yang sebenarnya terjadi Kirana!!” Bentak Rama yang tak habis pikir dengan tingkah laku gadis-gadis ini. Membuat tekanan darahnya perlahan naik. Ken berusaha menahan amarahnya, ia ingin sekali memberikan pelajaran bagi pada kedua gadis-gadis ini. Karena merekalah acaranya malam ini berantakan. Ditambah lagi seseorang terluka.

“Cepat minta maaf.” Ujar Narang sambil memandang Kirana, yang terheran-heran melihat Narang. Karena takut, akhirnya Kirana meminta maaf pada Vanya dan berjanji tak akan melakukan itu lagi.

“Aku minta maaf, pada semuanya Romo, Ibu, Kakak. Semuanya karena keributan ini terjadi karena hal yang tidak penting.” Ujar Kirana dengan sungguh-sungguh.

“Kau juga minta maaf.” Sambil menunjuk Vanya. “Kalau tidak aku akan melaporkanmu kepolisi.” Ancam Narang.

“Kau yang datang mengacaukan acara Ken, menyerang Kirana, dan melukai kepalaku. Hmm kalau dihitung-hitung kau akan mendekam dipenjara sekitar 5 tahun ah bahkan lebih. Aku juga tak tau apakah kau sanggup membayar dendanya.” Lanjut Narang sambil tersenyum mengejek.

 

Vanya terdiam, dia Nampak ketakutan mendengar ucapan Narang. Semua itu sangat masuk akal. Dirinya bisa-bisa mendekam dipenjara malam ini.

“Kalau kau tak mau ayahmu datang kesini, pergilah sekarang juga.” Bisik Narang

“Sss. Sa. Saya minta maaf atas perbuatan saya. Saya tidak akan melakukan hal itu lagi.

“Jangan pernah ganggu Kirana lagi, atau kau akan berusan denganku.” Bisik Narang sontak membuat Vanya lari ketakutan menuju mobilnya dengan kecepatan tinggi.

            Kirana masuk ke dalam rumah disusul oleh Saskia dan juga Ibu Ken. Narang merasa sangat lelah hari ini. Terlalu banyak yang terjadi kejadian di danau, kepalanya yang terluka. Ia merasa khawatir pada Romo yang nampaknya sangat terpukul dengan kejadian tadi.

“Romo tidak apa-apa?” Tanya Narang sambil membawakan obat kedalam kamar.

“Pasti bohong kalau Romo baik-baik saja. Romo hanya terkejut dengan yang terjadi pada Kirana. Anak itu ternyata mengalami hal mengerikan itu. dibenci, difitnah, bahkan hampir terluka.” Jawab Romo gusar. Narang menenangkan Lelaki itu.

“Romo sesekali luangkan waktu Romo bersama Kirana, mungkin Kirana rindu pada Romo.” Ujar Narang sambil keluar dari kamar membiarkan Ayah angkatnya itu beristirahat.

            Gadis itu adalah Kirana, Narang tertawa sendiri dengan yang sudah terjadi hari ini. Kepalanya yang terluka. Kirana sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis. Pantasan saja Saskia memukulnya tadi. Bisa-bisanya dirinya lupa pada adik kandung dari Ken.

Narang terkejut melihat Kirana yang sedang berjalan ke arahnya. Kirana berdiri diam terpaku dihadapan Narang. Suaranya mendadak hilang, bibirnya terkatup rapat, lidahnya kelu. Banyak sekali yang ingin ia sampaikan pada Narang tapi mengapa tak bisa ia utarakan? Narang tersenyum, sembari memeluk gadis yang terpaku dihadapannya itu sambil menepuk pundak Kirana.

“Apa kabar Kirana?” Tanya Narang sambil tersenyum. Kirana mendadak menjadi batu terdiam dalam pelukan Narang. Semua rasa yang ada menjadi satu. Bahagia, sedih, kecewa… entah mengapa air mata Kirana menetes. Ia terisak dalam pelukan Narang. Ia sangat bersyukur Narang menolongnya dan membantunya keluar dari penderitaanya. Tangisan Kirana pecah, ia sudah tak bisa menahan lagi kesedihan, kecemasan yang ia rasakan. Ketakutannya mengapa ia harus merasakan kehidupan kejam seperti itu.

Tak seorangpun yang tahu, bahwa gadis ini telah menerima perlakuan yang tidak pantas oleh teman-temannya. Semuanya melihat Kirana sebagai gadis pembawa onar dan tidak mau mendengarkan orang tua, padahal dirinya telah berada dalam masalah besar. Narang melepaskan pelukan Kirana sambil mengusap air matanya. membawa Kirana kedalam rumah, Ken langsung memeluk adiknya itu erat-erat. Ia merasa bersalah tidak mengetahui penderitaan adiknya itu. Narang teruduk lesu, Ken selama ini selalu bersama dirinya, sampai melupakan adiknya sendiri. Ia merasa bersalah dan tidak enak hati pada keluarga Ken. Ia hanya tidak ingin Kirana bernasib sama dengan dirinya. Biarkan nasib buruk yang terjadi pada Kirana malam ini akan tergantikan dengan hari cerah esok hari.

            Narang menikmati suasana pagi hari dengan berbaring di rerumputan sambil menatap betapa birunya langit dan sinar matahari yang menyilaukan mata. Ia berharap hidupnya sama dengan langit itu. Begitu terang tanpa ada yang meghalangi.

Narang terkejut pipinya terasa dingin, ternyata Kirana menempelkan minuman dingin. Narang tersenyum melihat Kirana, sambari bangun dan duduk di dekat Kirana.

“Makasih.” Ujar Narang sambil membuka minumannya lalu memberikannya pada Kirana. Kirana tersenyum pada Narang. Lelaki itu tertawa melihat tingkah usil gadis itu padanya. Duduk berdua dengan Kirana adalah hal yang sama sekali Narang pikirkan. Tapi mungkin ia perlu merasakan hangatnya matahari dan langit yang indah walau sekali dalam hidupnya.

“Darimana kakak tau kalau aku tak bersalah?” Tanya Kirana sambil menatap Narang

“Mana mungkin gadis seperti kamu, merebut pacar orang lain sementara kau Cuma dekat dengan buku pelajaran dan perpustakaan?” jawab Narang sambil meminum minumannya. Kirana terkejut dengan jawaban Narang. Dari mana ia tahu tentang kebiasaanya yang selalu menyendiri di perpustakaan.

“Kalau kamu punya masalah, jangan simpan sendiri. Kamu punya kakak, ayah, ibu. Setidaknya kamu nggak sendirian.” Ujar Narang sembari berdiri. Kirana memegang tangan Narang erat-erat.

“Aku benar-benar berterimakasih sama kakak. Aku gak tau harus gimana semalam kalau gak ada…”

“Jangan berpikiran seperti itu. Kamu harus bisa melawan orang yang mau menjatuhkanmu dengan kekuatanmu. Selemah apapun kamu, kau harus bisa menyelamatkan dirimu sendiri paham?” Jelas Narang sambil mengusap kepala Kirana dengan lembut. Kirana langsung memeluk Narang dengan sangat bahagia. Ia bersyukur bisa mengenal lelaki sebaik Narang. Lelaki ini bahkan mampu membuatnya kuat dan mencoba melawan ketakutannya terhadap orang lain. Kirana melepaskan pelukannya sambil menatap Narang.

“Semoga kakak bisa cepat bahagia.” Ujar Kirana meninggalkan Narang yang diam terpaku mendengarkan kata-kata Kirana. “Bahagia?” apakah bisa aku bahagia.

            Malam ini akan ada pertemuan yang di adakan di rumah Romo. Badai juga akan datang. Roma sendiri yang mengatakan kepada Narang tidak keluar kemana-mana pada saat pertemuan nanti berlangsung. Narang tersenyum mendengar itu, ini adalah kesempatan yang bagus. Ini merupakan jalan untuk masuk ke kerajaan dengan mudah. Pasti mereka akan membahas siapa dari keluarga Sri Sultan Rama III yang akan diutus untuk mengabdi di kerajaan. Pasti lelaki paruh baya itu akan mengirim dirinya sendiri. Yang jelas-jelas bukan anggota keluarganya yang memang sangat menonjol dibandingkan dengan anak kandungnya. Narang sangat senang mendengar kabar kedatangan Badai. Sementara Ken merasa khwatir atas rencana Narang ini.

Berkat Ken ia bisa masuk kembali ke kerajaan dengan mudah. Narang masih harus memainkan perannya sedikit lagi. Ia rela harus melakukan apapun yang penting dirinya bisa masuk ke istana lagi. Misi yang ia simpan selama bertahun-tahun harus berhasil, dan tentu saja pasti berhasil. Narang sudah tahu bagaimana sifat dan tabiat Sri Sultan Rama III itu. Lelaki itu tidak akan pernah mengirimkan anak kandungnya ke kerajaan.

            Sampailah pada saatnya pertemuan itu dilakukan dan tentunya sangat tertutup. Tapi Narang sudah mengetahui tujuan mereka melakukan pertemuan malam ini. Narang dilarang untuk keluar, Sri Rama takut jikalau kehadiran Narang diketahui oleh pihak istana maka semua rencaya yang sudah disiapkan akan hancur berantakan.

Jalan yang paling cepat adalah melalui pemimpin-pemimpin di daerah, ternyata dugaan Jendral Bimantoro terbukti. Tahun ini pemerintah akan melakukan cara yang berbeda dalam mencari anggota yang baru. Mereka berdua menunggu dengan cemas. Pasti rapat itu berlangsung alot dan sengit semua orang yang datang tadi adalah kaki tangan Raja yang berkuasa. Dan orang-orang itu adalah orang yang paling licik dan berbahaya, lewat mereka kekuasaan Raja Dwipa Mahardika Kusuma bisa tetap awet sampai sekarang. Entah sudah berapa banyak harta kekayaan yang mereka timbun bertahun-tahun dengan memanfaatkan, uang-uang rakyat yang susah payah mereka kumpulkan dari pagi hingga malam tiada hentinya bekerja.

          Hidupnya dipertaruhkan untuk ini. Seberat apapun resikonya nanti ia tidak akan mundur sedikitpun. Tidak lama kemudian, semua orang telah keluar dan bergegas kembali ke tempat mereka masing-masing. Tak lupa Badai menyampaikan sesuatu pada Ken juga ayahnya, tentunya itu sangat penting adanya.

Setelah pertemuan rahasia itu berakhir akhirnya Narang keluar dari persembunyiannya dan duduk dihadapan Sri Sultan Rama III, wajah Ken terlihat sangat serius. Ia sudah lama mengenal kedua sosok itu. Para wanita, hanya bisa diam dan mendengarkan. Narang sangat tenang mendengarkan keputusan ayah angkatnya.

“Seperti yang kita rencanakan, kerajaan ingin salah satu dari keluarga kita harus masuk istana secepatnya.” Jelas Romo dengan tenang. Sambil melirik Narang yang duduk dihadapanya.

Raut wajah Narang sangat tenang seolah sudah menunggu kesempatan yang tepat.

“Kau tau sendiri seharusnya Ken yang pergi ke istana tapi aku tidak akan mengizinkanya. Saskia sedang mengandung.” Jelas Romo lagi dengan berat hati.

“Tenang saja Romo aku tidak akan mengingkari janjiku pada kalian.” Ujar  Narang sambil melirik Saskia. Semuanya terdiam mendengar perkataan Narang. Kirana menatap Narang seakan tidak percaya dengan keputusan lelaki itu. Apa itu artinya Narang akan mengulang kenangan masa kecilnya yang sangat kelabu.

 

Sri Rama, hanya bisa memandang Narang dengan penuh penyesalan yang dalam. Akhirnya rencana yang Narang tunggu sejak lama akhirnya berhasil. Kerjaan tidak akan menyadari statusnya yang sebenarnya. Karena ia menjadi anak angkat dari Sri Rama jadi tidak akan ada yang menyadari siapa Narang yang sebenarnya. Sejak umur 7 tahun ia berhasil melarikan diri dari kejamnya istana saat itu.

“Hanya ini keputusan yang bisa Romo ambil, semoga kau berhasil disana.” Ujar Romo sambil menyerahkan surat perintah dari Raja. Karena tidak tega Sri Rama pun langsung bergegas masuk ke dalam ruangannya. Sambil menatap surat itu dada nya merasa sakit entah mengapa walaupun mendengar nama Istana sudah membuatnya muak dan marah. Tidak pernah satu haripun ia merasa hidupnya tenang.

            Saat ini Narang tidak boleh terpengaruh pada hal apapun sesuai dengan perintah Jendral Bimantoro ia harus mampu menahan semua keinginannya sampai semuanya tercapai demi kepentingan bersama. Keesokan harinya Narang bersiap berangkat yang sedang memasukan baju-bajunya ke dalam koper. Dia tidak akan membuat dirinya mencolok dia tidak ingin dicurigai di hari pertamanya. Kirana mengetuk pintu kamarnya sambil membawa roti sandwich dan juga kopi susu hangat. Narang tersenyum sambil menghampiri Kirana dan mengambil sarapan itu dan meletakannya di meja.

“Makasih.” Ujar Narang sambil memakan sarapannya dengan lahap.

“Perlu aku bantu kak?” Tanya Kirana sambil melipat kemeja Narang yang masih berserakan diatas kasur.

“Apa tidak merepotkanmu?” Tanya Narang sembari bergegas merapikan kopernya.

Keduanya terdiam sibuk mengerjakan pekerjaan masing-masing. Narang melihat buku kesukaanya, sembari melihat Kirana.

“Ini buat kamu.” Sambil menyodorkan buku pada Kirana. Kirana terkejut melihat judul buku itu. Janganlah menyerah pada mimpimu! Sontak saja Kirana tersenyum.

“Apakah buku ini tidak terlalu kontras untuk kakak baca?” Ujar Kirana

“Akupun tidak tau apakah aku harus menyerah ataukah melanjutkannya. Tapi kalau kamu, pasti nggak akan menyerahkan?” Gurau Narang sambil mengelus kepala Kirana. Sesaat mata mereka bertemu. Selalu saja mengapa dada Kirana bergetar dihadapan lelaki ini, ingin sekali rasanya ia meraiknya keluar dari dendam dan masa lalunya lalu hidup bersama tanpa dendam ataupun ambisi. Tapi mana mungkin lelaki ini tidak akan memikirkan hal-hal seperti itu sekarang.

“Oke sudah selesai semua. Makasih ya.” Ujar Narang sambil mengangkat kopernya bersiap-siap pergi ke istana.

            Lestari memeluk Narang erat-erat, ia sebenarnya berat hati harus membiarkan Narang pergi tapi ini adalah keputusannya juga. Saskia memakaikan sweater pada Narang.

“Ngapain repot-repot Sas?” ujar Narang sambil masuk kedalam mobil.

“Jangan sampai sakit.” Ujar Saskia sambil tersenyum lalu menutup pintu mobil.

Sekarang semuanya akan berubah atau tidak itu tergantung usaha para tim untuk memasuki istana. Mulai sekarang semuanya tidak akan mudah maka dari itu tidak ada waktu untuk dirinya menjadi lemah. Ia juga tidak ingin merebut istana memuakkan itu hanya saja ia terlalu membenci sifat para manusia penghuni istana yang bertingkah seperti binatang. Narang terkejut melihat sepucuk kertas di dalam saku sweater yang diserahkan Saskia tadi.

 

Jikalau musim bisa berganti dan daun bisa berguguran.

Aku harap hatimu juga bisa berganti.

Kirana.

 

Narang terpaku dengan kata-kata Kirana. Ternyata gadis itu bisa memahami hatinya yang sebenarnya. Dirinya juga menginginkannya tapi merasa belum pantas. Dia bahkan belum tahu bagaimana mengatasi semua yang ia rasakan dan alami. Ia masih harus berkerja keras mengobati semuanya. Ia genggam erat-erat surat dari Kirana, entah mengapa gadis itu perlahan menyeruak dalam hatinya yang benar-benar sudah tidak ada rupa dan hawa. Jika gadis sebaik dia mampu memahaminya mengapa dirinya sendiri tidak? Apakah ini karena Istana? Ibunya? Nuni? Ingin sekali ia lepas dari itu semuanya dan pergi jauh ketempat dimana ia bisa menyembuhkan lukanya dan entah dengan siapa dia menyembuhkan lukanya itu.

 

 

To Be Continued…..

 


Langit Biru

Langit Biru Ynofilicious       Hari ini, merupakan hari yang terasa sama saja seperti hari-hariku kemarin. Tidak ada yang berbeda. Roda ...